HITAM PUTIH

HITAM PUTIH

Rabu, 12 Januari 2011

Pemimpin yang Baik= Guru yang Baik



http://stat.ks.kidsklik.com/statics/u/stats/chart_91102_661935828.png

Dalam pengalaman sebagai dosen dan sekaligus mendalami kepemimpinan, ternyata ada kesamaan profil menjadi pemimpin yang baik dengan menjadi guru yang baik, di mana pemahamannya bukan hanya di bidang yang dikuasainya, tetapi mampu memahami dunia konseling.
Fakta yang menarik adalah bahwa guru yang baik ternyata harus menjadi konselor yang baik bagi murid-muridnya. Itu sebabnya seorang guru harus belajar mendalami konseling agar dia sukses. Dalam tulisan “Good Teaching” oleh Theodore R. Sizer, mantan Pembantu Rektor bidang Akademik di Harvard University College of Education mengatakan bahwa guru hendaknya menjadi guru profesional yaitu mengetahui hal-hal sederhana soal konseling, termasuk dalam hal-hal yang kecil sehingga murid bertumbuh. Ada beberapa poin yang dia sampaikan:
  1. Mengenal nama dari siswa dan panggil siswa dengan namanya.
  2. Memberikan salam kepada siswa dan rekan kerja dengan hangat dan ramah.
  3. Pergi menghadiri acara-acara siswa di luar kelas, misalnya ibadah, pertandingan, dan lain sebagainya.
  4. Mengingat sesuatu yang pernah digumuli oleh siswa sebelumnya. Contohnya: apakah mamamu sudah keluar rumah sakit?
  5. Hindari bersifat sarkastik dalam memberikan komentar atas kebodohan atau kenakalan yang dilakukan seorang siswa. Ini akan melukai hati siswa.
  6. Jangan pernah toleransi dengan masalah SARA, termasuk lelucon-lelucon masalah SARA.
  7. Ingat pepatah yang diberikan orang tua kita: jika kita tidak bisa menyampaikan atau melihat sesuatu yang baik tentang seseorang, jangan katakan apapun.
  8. Katakan suatu kebenaran atau teguran secara pribadi. Contohnya: Ayu, saya sebenarnya curiga kamu menyontek…, Amir, kamu kurang belajar dan malas sepertinya… Hasan, kamu kok bau ya, apakah kamu tidak mandi pagi? Besok mandi ya… Mei, kamu suka mengganggu…)
  9. Selalu mendorong bahwa kemampuan siswa lebih dari yang merasa dimiliki siswa.
  10. Jadilah guru yang positif, namun hati-hati bila selalu memuji pekerjaan baiknya. Tidak ada seorang pun belajar lebih cepat ketika dia merasa bahwa dia merasa berhasil.
  11. Pertunjukkan persahabatan dan jadilah jujur dan obyektif dalam penilaian terhadap murid-murid yang kita juluki “nakal” atau mengganggu.
  12. Menjadi teman siswa, namun jaga jarak juga.
  13. Jangan pernah menyerah dengan siswa kita, dan jangan menjuluki mereka secara permanen, misalnya: si bodoh, si cerewet, si pemalu, dsb.
  14. Setiap kali memberikan pedoman dan aturan, sampaikan alasannya dan jangan tidak disampaikan apa yang dimaksud.
  15. Tahu membedakan mana siswa yang hanya mendengar dan yang memperhatikan sehingga bisa menyerap. Caranya adalah mendengarkan mereka yaitu memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya.
Bila kita buat kesejajaran dengan kepemimpinan, maka kita tinggal mengganti guru dengan kata pemimpin dan mengganti kata siswa dengan bawahan dan kata kerja yang disesuaikan dengan bidang kepemimpinan (saya baru eksperimenkan):
  1. Mengenal nama dari bawahan dan panggil bawahan dengan namanya.
  2. Memberikan salam kepada bawahan dan rekan kerja dengan hangat dan ramah.
  3. Pergi menghadiri acara-acara bawahan di luar kelas, misalnya ibadah, pertandingan, dan lain sebagainya.
  4. Mengingat sesuatu yang pernah digumuli oleh bawahan sebelumnya. Contohnya: apakah mamamu sudah keluar rumah sakit?
  5. Hindari bersifat sarkastik dalam memberikan komentar atas kesalahan atau kegagalan yang dilakukan seorang bawahan. Ini akan melukai hatinya, kita hanya fokus kepada kesalahan pekerjaannya bukan menyerang pribadinya.
  6. Jangan pernah toleransi dengan masalah SARA dan seksualitas, termasuk lelucon-lelucon masalah SARA dan menjurus kepada seks.
  7. Ingat pepatah yang diberikan orang tua kita: jika kita tidak bisa menyampaikan atau melihat sesuatu yang baik tentang seseorang, jangan katakan apapun.
  8. Katakan suatu kebenaran atau teguran secara pribadi. Contohnya: Ayu, saya sebenarnya curiga kamu melakukan sesuatu yang salah…
  9. Selalu mendorong bahwa kemampuan bawahan lebih dari yang merasa dimiliki bawahan.
  10. Jadilah pemimpin yang positif, namun hati-hati bila selalu memuji pekerjaan baiknya. Tidak ada seorang pun belajar lebih cepat ketika dia merasa bahwa dia merasa berhasil.
  11. Pertunjukkan persahabatan dan jadilah jujur dan obyektif dalam penilaian terhadap bawahan.
  12. Menjadi teman bawahan, namun jaga jarak juga sehingga tidak terlalu dekat.
  13. Jangan pernah menyerah dengan bawahan kita, dan jangan menjuluki mereka secara permanen, misalnya: si bodoh, si cerewet, si pemalu, si terlambat dan yang lainnya.
  14. Setiap kali memberikan pedoman dan aturan, sampaikan alasannya dan jangan tidak disampaikan apa yang dimaksud.
  15. Tahu membedakan mana bawahan yang hanya mendengar tetapi kemudian mengabaikan perintah dengan yang memperhatikan sehingga bisa menyerap semua perintah dan menjalankannya. Caranya adalah mendengarkan mereka yaitu memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya atau melakukan feedback.
Walk the talk
Ada hal-hal teknis sebagai seorang guru yang harus diperhatikan sehingga dia dapat disebut guru yang berintegritas, yaitu seorang yang “walk the talk”:
1. Jangan lambat masuk kelas.
  1. Kembalikan tugas-tugas murid tepat pada waktunya dengan komentar yang menguatkan, mengembalikan makalah ke mahasiswa dalam dua puluh empat jam.
  2. Penting anak diingatkan untuk mengerjakan tugas dengan jujur. Ini karena banyak orang tua campur tangan mengerjakan tugas-tugas rumah.
  3. Anak diajar untuk menghargai formalitas kelas, tanpa harus formal dan kaku dalam mengembangkan pikiran-pikiran.
Maka bila disejajarkan dengan kepemimpinan, maka dapat dibuat sebagai berikut:
1. Jangan lambat masuk kantor. Datang lebih awal atau tidak datang sama sekali bila terlambat.
  1. Kembalikan tugas-tugas bawahan tepat dalam bentuk komentar yang menguatkan dan mengevaluasi kinerja bawahan dengan memberitahu bagaimana meningkatkannya.
  2. Penting bawahan diingatkan untuk mengerjakan tugas dengan jujur.
  3. Bawahan diajarkan untuk menghargai formalitas organisasi, tanpa harus formal dan kaku dalam mengembangkan pikiran-pikiran dari bawahan.
Ini eksperimen kepemimpinan yang disejajarkan dengan guru. Memang sejak dulu guru disebut pemimpin dan berperan banyak dalam kepemimpinan di masyarakat. Tetapi peran tersebut sudah mulai hilang. Maka tulisan ini mencoba membuat kesejajaran untuk menyatakan bahwa pemimpin yang baik adalah (dan sepatutnya juga) guru yang baik.

Untuk jadi pemimpin yang baik :
1. Jujur. Seorang pemimpin yang baik menunjukkan ketulusan, integritas, dan keterbukaan dalam setiap tindakannya.
2. Kompeten. Tindakan seorang pemimpin haruslah berdasar pada penalaran dan prinsip moral, bukannya menggunakan emosi kanak-kanak dalam mengambil suatu keputusan.
3. Berpandangan ke depan dan menetapkan tujuan. Dalam menetapkan tujuan, seorang pemimpin perlu menanamkan pemikiran bahwa tujuan itu adalah milik seluruh organisasi. Ia mengetahui apa yang diinginkannya dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Biasanya ia menetapkan prioritas berdasarkan nilai dasarnya. Memberi inspirasi. Dalam mengerjakan setiap tugas, seorang pemimpin harus menunjukkan rasa percaya diri, ketahanan mental, fisik, dan spiritual. Dengan begitu, bawahan akan terdorong untuk mencapai yang lebih baik lagi.
4. Cerdas. Seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kemauan untuk terus membaca, belajar, dan mencari tugas-tugas yang menantang kemampuannya.
5. Berpikiran adil. Prasangka adalah musuh dari keadilan. Seorang pemimpin yang baik akan memperlakukan semua orang dengan adil. Ia menunjukkan empatinya dengan bersikap peka terhadap perasaan, nilai, minat, dan keberadaan orang lain.
6. Berpikiran luas. Pemimpin yang baik menyadari setiap perbedaan yang ada dalam ruang lingkup kepemimpinannya dan mau menerima segala perbedaan itu.
7. Berani. Seorang pemimpin yang baik selalu bertekun dalam usahanya mencapai tujuan, bukannya terus-terusan berusaha mengatasi berbagai halangan yang memang sulit untuk diatasi. Biasanya, meskipun sedang berada di bawah tekanan, ia tetap tenang dan menunjukkan rasa percaya diri.
8. Tegas. Anda tidak dapat menjadi seorang pemimpin yang baik bila tidak tegas dalam mengambil keputusan tepat di saat yang tepat.
9. Imajinatif. Inovasi dan kreativitas diperlukan dalam suatu kepemimpinan. Seorang pemimpin haruslah membuat perubahan tepat di saat yang tepat dalam pemikiran, rencana, dan metodenya. Selain itu, kreativitas sang pemimpin juga terlihat dengan memikirkan tujuan dan gagasan baru yang lebih baik, dan menemukan solusi baru dalam memecahkan masalah.
10. Low Profile

KECERDASAN EMOSI
Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.
Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan, tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang itu kita rasakan juga.
Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan Emosi dapat ditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan emosi yang tinggi akan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup.
Setidaknya ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi, yaitu:
1.Memahami   emosi-emosi    sendiri
2.Mampu         mengelola        emosi-emosi    sendiri
3.Memotivasi  diri       sendiri
4.Memahami   emosi-emosi    orang   lain
5. Mampu membina hubungan sosial
Sejauh mana kecerdasan emosi anda? Untuk mengetahuinya, kelima unsur diatas dapat dijadikan barometer untuk mengukur apakah anda termasuk orang yang cerdas secara emosi.  Berikut ini adalah hal-hal spesifik yang perlu dipahami dan dimiliki oleh orang-orang yang cerdas secara emosi:
Mengatasi        Stress
Stress merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup. Stress dapat dialami oleh siapa saja. Toleransi terhadap stress merupakan kemampuan untuk bertahan terhadap peristiwa-peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan tanpa menjadi hancur. Ini berarti mengelola stress dengan positif dan merubahnya menjadi pengaruh yang baik.
Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak, tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat. Cenderung menghadapi semua hal, bukannya lari dan menghindar. Dapat mengelakkan pukulan sehingga tidak hancur dan tetap terkendali. Mungkin sesekali terjatuh namun tidak terpuruk sehingga dapat berdiri tegak kembali.
Mengendalikan Dorongan Hati
Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini sering juga disebut “menahan diri”.
Orang yang cerdas secara emosi tidak memakai prinsip “harus memiliki segalanya saat itu juga”. Mengendalikan dorongan hati merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa yang akan datang. Kecerdasan emosi penuh dengan perhitungan.
Mengelola Suasana Hati
Merupakan kemampuan emosionil yang meliputi kecakapan untuk tetap tenang dalam suasana apapun, menghilangkan gelisahan yang timbul, mengatasi kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang menjengkelkan.
Orang yang cerdas secara emosi tidak berada dibawah kekuasaan emosi. Mereka akan cepat kembali bersemangat apapun situasi yang menghadang dan tahu cara menenangkan diri.
Mengelola suasana hati bukan berarti menekan perasaan. Salah satu ekspresi emosi yang bisa timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut Aristoteles, Marah itu mudah. Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat, waktu, tujuan dan dengan cara yang tepat, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang cerdas secara emosi.
Ketiga hal tersebut diatas, merupakan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi-emosi diri sendiri yang harus dimiliki oleh orang-orang yang dikatakan cerdas secara emosi.
Memotivasi Diri
Orang dengan keterampilan ini cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka hadapi. Ada banyak cara untuk memotivasi diri sendiri antra lain dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel positif, “selftalk”, tetap fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan sebagainya.
Memahami Orang lain
Menyadari dan menghargai perasaan-perasaan orang lain adalah hal terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa disebut dengan empati.
Empati bisa juga berarti melihat dunia dari mata orang lain. Ini berarti juga dapat membaca dan memahami emosi-emosi orang lain.
Memahami perasaan orang lain tidak harus mendikte tindakan kita. Menjadi pendengar yang baik tidak berarti harus setuju dengan apapun yang kita dengar.
Keuntungan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Kemampuan Sosial
Memiliki perhatian mendasar terhadap orang lain. Orang yang mempunyai kemampuan sosial dapat bergaul dengan siapa saja, menyenangkan dan tenggang rasa terhadap orang lain ynag berbeda dengan dirinya.
Tingkah laku seperti itu memerlukan harga diri yang tinggi, yaitu: menerima diri sendiri apa adanya, tidak perlu membuktikan apapun (baik pada diri sendiri maupun orang lain), bahagia dan puas pada diri sendiri apapun keadaannya.
Kemampuan sosial erat hubungannya dengan keterampilan menjalin hubungan dengan orang lain. Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Orang-orang senang berada disekitar mereka dan merasa bahwa hubungan ini berharga dan menyenangkan. Ini berarti kedua belah pihak dapat menjadi diri mereka sendiri.
Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang lain merasa tentram dan nyaman berada didekatnya. Mereka menebar kehangatan dan keterbukaan atau transparansi dengan cara yang tepat.

Kecerdasan Emosi Secara Signifikan Berpengaruh Terhadap Sukses Seorang Pemimpin dan Kesuksesan Perusahaan


Anda mungkin sering mendengarnya, tapi tampaknya perlu diulang lagi. Penelitian menunjukkan bahwa 90 persen kegagalan seorang eksekutif disebabkan oleh kompetensi interpersonal. Kompetensi itu adalah kemampuan memimpin tim, mengembangkan lingkungan kerja yang positif, 'memelihara' moral karyawan, menginspirasi timbulnya rasa percaya dari stafnya dan kemampuan menangani perubahan.

Pesannya amat jelas, jika anda ingin sukses sebagai pemimpin di mana saja, anda harus menguasai soft skills ini.

Apa pun bidang pekerjaan anda, anda selalu berhubungan dengan manusia. Ketika anda gagal memotivasi karyawan anda, kinerja anda akan terganggu.

Kecerdasan emosi, salah satu soft skills, walau pun kelihatannya sangat 'soft' memiliki dampak yang langsung terhadap organisasi anda. Marilah kita lihat lima aspek penting dari kompetensi interpersonal ini
Anda Harus Mengenal Diri Anda Sendiri

Sepintas amat mudah. Jelas kita mengenal diri kita sendiri bukan? Faktanya, mengenal diri sendiri adalah sesuatu yang relatif sulit. Agar kita bisa mengenal diri kita, kita harus waspada terhadap kecenderungan kita. Kecenderungan ini, jika kita tidak waspada, bisa mempengaruhi kinerja organisasi.

Bagi pemimpin ini, mungkin ia gagal mendengar sudut pandang orang lain. Bagi lainnya, mungkin ia kurang mampu mengambil keputusan sulit dengan waktu yang tepat. Anda akan sering menemukan pemimpin yang sering mengulur waktu begitu harus mengambil keputusan sulit. Bagi lainnya, mungkin ia sulit memotivasi karyawannya.

Bagi banyak orang, kelemahan itu sering 'terkubur' dalam kebiasaan sehari-hari dan kita tidak mengenalinya. Namun, orang lain sering amat mengenalinya. Begitu kita mengenalinya, kita menjadi waspada, dan bisa mengambil tindakan perbaikan.
Mampu Mengontrol Diri Sendiri

Banyak eksekutif percaya bahwa mereka bisa mengontrol diri sendiri. Tapi staf mereka berpikir beda! Kuncinya adalah waspada ketika anda kehilangan kontrol diri. Apakah anda berhenti sejenak, dan berpikir, refleksi ketika anda menghadapi masalah? Apakah anda terlalu emosional ketika menghadapi masalah sulit?

Terlalu cepat bereaksi, atau ekstrim lainnya, anda cenderung acuh, dapat melemahkan kepemimpinan anda. Tapi bukankah ini manusiawi? Ya, tapi kalau anda sering berada pada titik ekstrim, baik terlalu emosi sehingga menghalangi berpikir secara rasional, atau anda malah 'beku' karena masalah demikian kompleks, efektivitas anda sebagai pemimpin akan terganggu.

Tetap Menjaga Agar Termotivasi Terus

Motivasi merupakan kombinasi optimisme dan ketekunan. Penelitian menunjukkan bahwa kita secara biologis sudah "tercetak" apakah sebagai seorang optmimis, yang melihat gelas setengah isi, atau pesimis, yang melihat gelas setengah kosong.

Jika anda sebagai pemimpin, sebaiknya anda berada pada tataran optimisme. Studi juga menunjukkan bahwa optimisme ini menular. Penularan ini akan mudah menghinggapi bawahan anda. Begitu mereka optimis, mereka akan lebih cenderung untuk mengerjakan pekerjaan mereka lebih semangat.

Tapi ketika pemimpin pada dasarnya seorang pesimis, dan juga tukang kritik, karyawan menjadi kurang inovasi dan cenderung amat ingin menghindar dari resiko.

Ketekunan adalah bagian kedua dari motivasi. Mewujudkan tujuan tentu menuntut ketekunan. Ketika anda tetap tekun, berupaya terus, dan tidak takut menghadapi kesusahan, bawahan anda akan melihat hal ini. Mereka akan mengikuti anda. Mereka akan mengatakan, "Atasan saya saja orangya tekun, berjuang terus, 'masak' kita malah leha-leha..."
Mengenali Kesukaan/Kecondongan Orang Lain

Pemimpin yang baik adalah orang yang memiliki kemampuan membalikkan situasi win-lose menjadi situasi win-win sedapat mungkin. Agar bisa mencapai win-win ia harus paham kebutuhan dan cara pandang pihak lain. Jika itu anda lakukan, orang akan cenderung mendukung program-program anda. Ini jauh lebih baik dari pada anda hanya mengontrol mereka. Karena anda pemimpin mereka, jelas anda punya hak untuk mengontrol. Namun dari riset membuktikan bahwa pemimpin yang mengandal pada wewenang formal, control, kurang bisa membangkitkan bakat-bakat terbaik dari bawahan.
Berkomunikasi dengan Fleksibel, luwes

Mampu berkomunikasi secara luwes, fleksible adalah tanda dari pemimpin hebat. Pemimpin harus bisa menyesuaikan gaya komunikasinya terhadap orang atau situasi yang berbeda-beda. Jelas amat bodoh ketika anda menghadiri pemakaman dan anda sering tertawa dengan keras....

Mengajak bicara bawahan pada tataran emosi, akan mampu mendekatkan diri anda dengan mereka. Ketika bawahan anda menghadapi masalah, ajak bicara secara informal. Dengarkan mereka, perhatikan mereka. Dorong mereka untuk bicara dan mengungkapkan perasaan. Jika hal ini anda lakukan, mereka akan merasa anda memperhatikan mereka. Akibatnya, mereka akan merasa dekat dengan anda dan mendukung anda...
Bagaimana Membangun Interpersonal Skils

Interpersonal skills yang trampil dibangun sepanjang hidup anda. Walau pun demikian ada beberapa cara yang dapat mempercepat belajar keahlian ini.

* Baca. Ada begitu banyak buku dan artikel yang membahas keahlian komunikasi dan kecerdasan emosi. Banyak di antara buku-buku itu yang mengajarkan langsung berbagai problem yang dihadapi, mulai dari mengatasi konflik, membangkitkan motivasi, dan mengelola emosi. Hanya membaca buku mengenai kecerdasan emosi saja akan mempertinggi kewaspadaan anda dalam mengelola emosi anda...

* Bicara dengan tim anda. Ajari mereka untuk bicara terus terang tentang gaya komunikasi anda, dan juga gaya kepemimpinan anda. Katakan bahwa anda akan memperbaiki kepemimpinan anda dan meminta masukan dari mereka. Begitu anda lakukan, mereka akan mengungkapkan berbagai kebenaran yang selama ini tidak anda sadari. Lebih jauh, mereka akan yakin bahwa anda sebagai pemimpinnya adalah orang yang terbuka, orang yang jujur yang ingin memperbaiki diri. Ini saja bisa mendorong mereka untuk juga terus terang dan memperbaiki diri mereka sendiri...

* Melalui sarana evaluasi formal. Banyak eksekutif memperoleh manfaat besar ketika mereka memperoleh evaluasi 360 derajat tentang keahlian interpersonal mereka. Untuk memperoleh evaluasi ini anda bisa melakukannya secara online yang banyak tersedia di internet...

* Anda memiliki coach atau pelatih. Umpan balik dari pelatih anda akan membuat anda mengembangkan perspektif yang selama ini tidak anda sadari. Pelatih itu akan bersama-sama anda menemukan aspek-aspek dalam diri anda yang perlu diperbaiki. Ia kemudian akan merumuskan langkah-langkah perbaikan yang harus anda lakukan. Saya amat sarankan agar anda memiliki coach ini. Ini amat bisa mempercepat perkembangan interpersonal skills anda.
Peminpin yang memiliki manejemen diri dan manejemen waktu
Empat Kualitas yang Diperlukan untuk Menjadi Seorang Pemimpin yang Handal

Tanggung jawab kepemimpinan bukanlah sesuatu hal yang dapat dijalankan dengan mudah. Tetapi, semakin besar tanggung jawab kepemimpinan itu, semakin besar pula penghargaan yang diberikan jika dapat memenuhi peranan tersebut.

Jika suatu bangsa dapat memilih para pemimpinnya dengan baik, maka bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi negara yang besar. Tetapi, jika salah memilih pemimpin, bangsa tersebut akan menuju kehancuran. Keberhasilan dan jatuhnya suatu negara berada di tangan para pemimpinnya.

Ini sama halnya seperti dalam dunia bisnis. Tidak peduli betapa hebatnya kemampuan para pekerja di suatu perusahaan, jika kepemimpinannya kurang, maka perusahaan tersebut akan segera mengalami kebangkrutan. Tetapi, jika sang pemilik atau para direksi menyediakan suatu kepemimpinan yang handal, maka perusahaan tersebut akan berkembang dan berhasil.

Orang biasa cenderung untuk meniru para pemimpinnya. Mereka mulai meniru para pemimpinnya bukan hanya dalam hal penggunaan kata-kata dan kelakuan, tetapi mereka juga meniru cara berpikir para pemimpin mereka. Coba kita lihat komunitas milist (mailing list). Jika pemimpin milist ini handal, maka seluruh komunitas milist ini akan meningkat hari demi hari. Sebaliknya, jika komunitas milist ini kurang dalam hal kepemimpian maka komunitas milist ini akan mengalami banyak penurunan.
Ada empat kualitas yang dapat membantu kita untuk mengembangkan kepemimpinan kita :

Yang pertama, untuk menjadi seorang pemimpin yang handal, kita harus dengan cepat memahami kebutuhan orang-orang dan memenuhinya. Sebagai contoh, seorang pedagang harus dengan cepat memahami kebutuhan para produsen, konsumen dan situasi terkini dalam pendistribusian order agar dapat meraih sukses dalam bisnisnya.

Ketika kita melakukan suatu bisnis di pasar dunia, perluasan kapasitas produksi tidak akan menjamin kesuksesan dalam bisnis kita. Ketika melakukan produksi, kita harus memahami dan menganalisa status produksi dari barang-barang di seluruh dunia dan berdasarkan itu kita harus mencocokkannya dengan pabrik kita. Hanya analisa yang teliti dan pemahaman yang sepenuhnya yang dapat membawa kesuksesan.

Sama seperti hal di atas, mereka yang kurang memiliki kemampuan dalam memahami dan menganalisa kebutuhan orang lain tidak dapat menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus terus menerus tanggap dan harus bisa menganalisa. Apa yang dibutuhkan pasar? Apa yang sedang mereka pikirkan? Dalam hal apa mereka membutuhkan pembaharuan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus selalu ada di dalam pikiran para pemimpin.

Yang kedua, untuk menjadi seorang pemimpin yang handal, kita harus memiliki kemampuan untuk membuat orang lain sukses. Di antara berbagai macam tipe pemimpin, ada tipe pemimpin otoriter. Para pemimpin otoriter tidak mempedulikan ide-ide atau pendapat dari orang yang berada di bawahnya. Para pemimpin tipe ini menyuruh orang-orang agar mematuhi perintah-perintahnya. Mereka ini akan memanfaatkan bawahan mereka, lalu mengabaikannya.

Tipe lainnya yaitu tipe pemimpin mekanis. Mereka ini sangat terikat dengan aturan-aturan yang mereka ikuti. Tipe pemimpin seperti ini telah kehilangan rasa kemanusiaannya dan menjadi mesin virtual. Pemimpin seperti ini tidak dapat membantu orang lain agar menjadi sukses.

Ada beberapa pemimpin yang dengan senang hati membantu orang lain agar menjadi sukses. Menolong orang lain bukan berarti mengambil orang-orang dari jalanan dan mentoleransi kemampuan mereka yang kurang. Seorang pemimpin yang mampu membantu orang lain agar menjadi sukses mula-mula harus mampu mengevaluasi orang lain, kemudian mengarahkan mereka kepada tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, mereka dapat bekerja dengan senang dan mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan.

Memastikan bahwa orang yang tepat telah ditempatkan di tempat yang tepat merupakan tanggung jawab seorang pemimpin. Untuk melakukan hal ini, seorang pemimpin harus mempunyai minat dan fokus yang tetap terhadap orang-orang yang mereka pimpin. Dengan melihat talenta yang berbeda-beda di dalam diri tiap-tiap orang, seorang pemimpin harus mampu mendorong mereka untuk mengembangkan talentanya. Apabila sang pemimpin menemukan bahwa seseorang sedang berusaha dan sedang berjuang dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak cocok untuknya, maka pemimpin tersebut harus mencarikannya pekerjaan baru. Sedangkan terhadap orang-orang yang kurang mempunyai kemampuan, sang pemimpin harus mendorong dan mengajari mereka sehingga mereka menjadi mampu untuk melakukan pekerjaannya. Kita semua harus mempraktekkan kepemimpinan yang seperti ini.

Yang ketiga, untuk menjadi seorang pemimpin yang handal, kita harus selalu memiliki semangat untuk mempelopori dan harus selalu bergerak maju. Kebanyakan orang hanya diam di tempat, mereka hanya berusaha agar keadaan tetap seperti itu. Ini dikarenakan mereka lebih memilih untuk amannya saja daripada hidup dalam ketidakpastian.

Apabila seorang pemimpin hanya mencari rasa aman saja sewaktu ia memimpin suatu kelompok, maka ia telah kehilangan tujuannya sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang handal harus mempunyai sifat petualang dan agresif. Ide-ide baru harus dipikirkan dan diterapkan meskipun ide-ide tersebut mungkin mengakibatkan ketidakpastian dan membawa bahaya. Pertumbungan dan perkembangan selalu diikuti oleh sejumlah bahaya.

Seorang pemimpin harus terus mengembangkan dan memperluas dirinya agar dapat menjadi pemimpin yang lain daripada yang lain. Saya telah mendapatkan banyak kesempatan untuk bertemu dengan para pemimpin yang terkenal di dunia dan berbicara dengan mereka. Saya telah menemukan bahwa mereka semua mempunyai satu persamaan yaitu: mereka semua terlihat sedikit fanatik di dalam beberapa hal tertentu. Mereka kadang-kadang mengatakan hal-hal yang sulit dimengerti dengan sudut pandang biasa. Mereka semakin menjauh dari realita dan menemukan hal-hal yang baru untuk dikerjakan. Oleh karena itu, orang-orang yang benar-benar berpegang pada realita akan mengalami kesulitan untuk memahami mereka.

Untuk menjadi seorang pemimpin yang handal, pikiran kita harus lebih maju daripada orang lain, dan kita harus menjadi pemimpin yang selalu bekerja keras.Oleh karena itu, kita harus memiliki gol yang jauh ke depan dan berusaha keras untuk meraihnya dengan segala usaha. Maka kita dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang handal.

Yang keempat, untuk menjadi seorang pemimpin yang handal, kita harus menginvestasikan semua usaha kita untuk pengembangan diri. Kita harus membayangkan seberapa banyak kita telah mengembangkan dan meningkatkan diri sejak tahun lalu sambil bertanya, "Apa yang bisa saya lakukan untuk menjadi seorang pemimpin yang lebih baik lagi? Bagaimana caranya agar saya dapat menjalankan tugas saya sebagai pemimpin dengan lebih efektif?". Selain itu, kita harus melakukan yang terbaik untuk pengembangan diri kita.

Saya menghabiskan banyak energi untuk melakukan pengembangan dan peningkatan diri. Saya selalu berpikir tentang bagaimana meningkatkan diri saya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Lihatlah para CEO atau para eksekutif perusahaan. Tentu saja mereka sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Tetapi jika kita melihat mereka lebih dekat, kita akan terkejut karena kita akan menemukan bahwa mereka banyak menghabiskan waktu mereka untuk mengembangkan dan meningkatkan diri. Ketika kita tidak bisa merefleksikan pada diri kita sendiri untuk menemukan kelemahan-kelemahan yang perlu dikuatkan, maka kita akan menemukan bahwa kita tidak akan mampu memimpin.

Apabila kita mengikuti panduan ini, maka kita pasti akan menjadi pemimpin-pemimpin yang handal dan kita akan mampu memimpin orang-orang yang berada di bawah kita secara efektif dan bijaksana agar mereka dapat mencapai kesuksesan.























DAFTAR PUSTAKA
http://generasiexcellent.com/article/49502/smart-tips-manajemen-waktu.html

Jumat, 07 Januari 2011

Tiga Tips untuk Menjadi Produktif



Pernahkah Anda merasa pada saat bekerja jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 menjelang makan siang padahal Anda belum sempat menyelesaikan satu pekerjaan pun. Sibuk tapi rasanya pekerjaan tidak produktif? Satu hal yang harus disadari bahwa kesibukan tidak sama dengan menjadi produktif. Anda bisa saja menghabiskan sekian jam tanpa menghasilkan apa-apa. Sounds familiar? Ada beberapa prinsip yang sebaiknya Anda pertimbangkan dalam manajemen waktu sehingga Anda bisa bekerja efektif:

1. Menyusun Rencana

Ada ungkapan yang mengatakan ”If you fail to plan, you plan to fail”. Apabila Anda menjalani hari Anda tanpa ada gambaran apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya, Anda akan menghabiskan sebagian besar waktu Anda bertanya ”Apa yang harus saya kerjakan sekarang ya?”. Rencana memberikan peta apa yang ada dihadapan Anda hari itu. Alokasikan sedikit waktu untuk menyusun rencana sehingga Anda bisa mengelompokkan tugas-tugas yang sesuai dan memberikan prioritas serta waktu pengerjaannya.

Susunlah rencana di pagi hari atau hari sebelumnya. Anda bisa mulai dari catatan kecil saja atau bahkan menyusunnya di kepala untuk sekedar memberikan sinyal kepada otak mengenai apa yang harus Anda selesaikan hari itu.

Gunakan strategi yang cerdas dalam menyusun rencana. Kapan biasanya Anda merasa energi Anda tinggi, baik mental maupun fisik? Buat saya biasanya waktu antara jam 10:00 sampai 12:00 adalah saat dimana saya sedang ”on fire”. Disaat itu saya manfaatkan untuk memulai atau menyelesaikan tugas-tugas dengan prioritas tinggi. Waktu yang tersisa biasanya saya gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan prioritas lebih rendah.

Rencana tidak bersifat kaku dan selalu terbuka untuk adjustment kapanpun. Jangan lupa untuk menyisipkan waktu untuk istirahat. Pada prinsipnya, Anda melakukan manajemen diri untuk Anda sendiri. Belajar mengelola waktu adalah latihan yang bagus untuk disiplin diri.

2. Fokus

Seringkali dalam bekerja kita membiarkan diri kita larut dalam beberapa pekerjaan sekaligus, istilahnya multi-tasking. Mungkin Anda mencoba menyenangkan boss Anda dengan mengiyakan semua permintaannya, tapi tanpa Anda sadari sebenarnya Anda justru membebani diri Anda dengan stress dan belum tentu juga apa yang Anda kerjaan akan berkualitas bagus.

Mengerjakan dua hal pada saat bersamaan bukan saja membagi perhatian Anda tetapi juga membuat Anda kurang fokus yang akibatnya butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Fokus dalam bekerja membuat kita lebih produktif dan mengurangi beban stress. Buat skala prioritas apabila Anda harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam kurun waktu yang bersamaan.

3. Hindari Interupsi

Dua hal dalam dunia kerja sekarang ini yang menjadi sering menjadi sumber interupsi adalah: telepon dan email. Tentu saja interupsi ini tidak bisa dihindari tetapi gunakan keahlian Anda dalam manajemen diri untuk menanganinya:
  • Jawab telepon dari orang-orang yang berkepentingan saja pada saat Anda sedang fokus bekerja. Apabila Anda harus terpaksa menjawab, usahakan waktunya seminimal mungkin. Anda bisa menelepon balik ketika Anda sudah agak bebas.
  • Cek email disaat-saat tertentu saja. Okay, ini tentunya sangat berat. Anda bisa coba. Apabila tidak mungkin, usahakan untuk tidak menjawab semua email tiap kali itu datang. Jawablah email yang berkaitan dengan pekerjaan Anda saat itu dan hindari multi-tasking.
Manajemen diri erat kaitannya dengan bagaimana Anda mengatur waktu Anda sehari-hari. Jangan biarkan faktor-faktor eksternal mengganggu produktifitas Anda. Apabila Anda produktif bukan hanya Anda sendiri yang senang tapi juga boss Anda. Hidup Anda lebih mudah dan stress pun berkurang...

Saya ingin bertanya: "Apa yang membedakan seorang yang gagal dengan mereka yang berhasil?". Apakah mereka berhasil karena mempunyai uang banyak, waktu yang lebih, dukungan keluarga? Pertanyaan saya berikutnya seberapa banyak uang dan waktu yang Anda harus miliki untuk keberhasilan? Apa itu dukungan keluarga?

Saya tidak mengingkari pentingnya faktor-faktor diatas. Tapi yang ingin saya katakan adalah semua itu BUKANLAH faktor yang menentukan.

Apakah orang-orang sukses yang kita kenal Bill Gates, Anthony Robbins, Mark Zuckerberg (pendiri Facebook), Harland Sanders (pendiri KFC) adalah mereka yang punya uang banyak diawal karirnya? Jawabnya adalah tidak.

Yang membedakan mereka dengan orang-orang biasa adalah keyakinan (belief) mereka untuk sukses. Keyakinan yang kuat menghadirkan semua faktor yang diperlukan untuk sebuah keberhasilan, termasuk uang, waktu, pelatih, dll.

Saya ingin memberikan ilustrasi. Keyakinan seperti program komputer yang bekerja untuk menyelesaikan satu pekerjaan. Seperti halnya program Microsoft Word, Excel, atau Photoshop. Keyakinan membuat apa yang kita ingin ciptakan menjadi nyata.

Kalau kita ingin mengetik artikel dii komputer tentunya kita butuh program pengetikan, seperti Microsoft Word. Nah, kalau kita ingin mencapai tujuan tertentu, misalnya menjadi usahawan sukses, tentunya kita memerlukan program yang mendukung tujuan tersebut. Dalam kata lain, kita butuh semua keyakinan yang mendukung tujuan kita menjadi usahawan sukses tersebut.

Mengembangkan Soft Skill Siswa




Pendidikan merupakan suatu proses dimanapeserta didik akan memiliki pengetahuan (kognitif), sikap (apektif) dan ketrampilan (psikomotorik) guna bekal hidup layak di tengah-tengah masyarakat. Proses ini mencakup peningkatan intelektual, personal dan kemampuan social yang diperlukan bagi peserta didik sehingga tidak saja berguna bagi diri pribadi dan keluarga tetapi juga keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat. Maka strategi yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan nasional kita selalu berdasarkan pada ketiga ranah di atas baik dalam proses pembelajaran maupun avaluasinya.
Sejalan dengan pengertian di atas, menurut UNESCO, tujuan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus dilandaskan pada 4 pilar yaitu learning how to know, learning how to do, learning how to be, dan learning how to live together. Dua landasan yang pertama mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan peserta didik mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengatahuan dan ketrampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memilik Hard Skill). Dengan kata lain peserta didik memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat bersaing untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan 2 landasan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir berbagai kemampuan yang ada pada masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistemik menuju suatu tujuan bersama. Maksudnya bahwa untuk bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan bisa hidup berdampingan bersama orang lain baik di tempat kerja maupun di masyarakat maka harus mengembangkan sikap toleran, simpati, empati, emosi, etika dan unsure psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan Soft Skill.

Relevansi Soft Skill
Dalam era industri modern saat ini, komponen pokok dalam kegiatan produksi adalah mesin-mesin penggerak yang berfungsi meningkatkan dan mengganti kekuatan otot manusia. Bahkan di beberapa Negara maju mesin-mesin penggerak mulai digantikan robot. Maka tatkala semua komponen fisik dan otak manusia telah sebagian diganti atau paling tidak dikuatkan manusia, lalu apa yang harus diperbuat manusia? Yang jelas ada satu komponen yang tidak tergantikan oleh perkembangan teknologi pada diri manusia yaitu yang namanya emosi, semangat, empati, ambisi dan lain-lainya yang tidak mungkin tergantikan oleh alat-alat ukur apapun. Dalam kondisi demikian, kemampuan mengelola hubungan antar manusia menjadi semakin meningkat relevansinya. Mengapa?
Kinerja system beserta komponen system yang mendukung kehidupan manusia tidak semata-mata didasari oleh keberadaan peralatan yang ada, tetapi karena adanya dorongan dari manusia untuk mengaktualisaikan kemampuannya. Dorongan dari dalam diri manusia itulah yang dimaksud dengan kemampuan soft skill. Jadi soft skill tidak semata-mata kemampuan manajerial saja yang orientasinya pada umumnya hanya pada upaya efisiensi dan efektifitas, tetapi juga bagaimana mampu mengelola manusia agar semua manusia yang berposisi sebagai pendukung system mempunyai kepuasan psikologis. Itu tadi yang disebabkan karena manusia masih mempunyai emosi, ambisi, ambisi, etika, semamgat yang tidak tergantikan oleh robot-robot yang basisnya adalah “mekanistis terukur”.
Mengembangkan Soft Skill
Guru sebagai salah satu komponen dalam system pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa, memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang dikembangkan tidak hanya ranah kognitif dan psikomotorik semata yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan ketrampilan , melainkan juga ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini siswa harus menumbuhkan rasa percaya diri sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri yakni manusia yang berkepribadian yang mantap dan mandiri. Manusia utuh yang memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang mengendalikan dirinya dengan konsisten dan memiliki rasa empati (tepo seliro). Menurut Howard Gardner dalam bukunya yang bejudul Multiple Inteligences (1993), bahwa ada 2 kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan kepribadian yaitu :
  1. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal Intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjali relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain.
  2. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani.
Mengingat pentingya soft skill dalam upaya membentuk karakter siswa, maka strategi pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah dengan mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah. Disamping itu perlu juga kreativitas guru untuk mampu memancing siswa untuk terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial dan emosional. Dengan demikian bila hal itu sudah terbiasa dilakukan oleh siswa maka akan terbawa nantinya bila mereka terjun di dunia kerja dan di masyarkat.
Pengembangan Softskills
langkah-langkah penyusunan pengembangan softskills dapat dilakukan dengan berbagai cara:
  1. Indetifikasi softskills, identifikasi softskills apa saja yang dibutuhkan oleh lulusan jurusan anda. untuk memperoleh ini, dapat dilakukan dengan meminta masukan dari alunmi ataupun industri pengguna lulusan.
  2. Definisi softskills, setelah softskills yang dibutuhkan diidentifikasi, maka "pilihlah" softskills yang memang "paling" penting diadopsi dalam kurikulum jurusan anda.
  3. Program pengembangan, (1) written curriculum, ini dilakukan dengan memasukan softskills yang telah ditentukan ke dalam rancangan pembelajaran. dengan demikian penguasaan mahasiswa terhadap softskills tertentu harus dimasukkan dalam aspek penilaian mata kuliah tersebut. (2) hidden curriculum, ini dilakukan secara informal yaitu melalui interaksi dosen-mahasiswa. dosen sebagai panutan (role model). dapat juga dilakukan dengan menciptakan atmosfir akademik di lingkungan jurusan anda. (3) Co-curriculum, manfaatkan kegiatan seperti magang (internship), kerja praktik (KP), ataupun KKN (kuliah kerja nyata). (4) Extra-curriculum, libatkan unit kegiatan mahasiswa sebagai wadah untuk melatih softskills mahasiswa tersebut.
  4. Evaluasi softskills, tentukan alat ukur yang sesuai untuk menilai softskills yang talah anda masukan ke dalam kurikulum jurusan anda.